Tak hanya orang dewasa yang bisa mengalami masalah depresi. Anak-anak pun rupanya juga bisa mengalami Depresi dan stres berat. Anak-anak yang ceria, penuh semangat dan bahagia tidak jarang terlihat lebih murung, mudah marah dan menutup diri. Hal inilah yang dikhawatirkan sebagai salah satu gejala stres atau depresi padanya.
Ketika anak mengalami depresi, orangtua penting untuk lebih waspada. Orangtua juga penting mencari cara agar masalah yang dihadapi anak segera teratasi dengan baik. Orangtua juga penting untuk mengembalikan rasa percaya diri anak, rasa bahagia dan kenyamanan dalam dirinya. Mengenai depresi pada anak, bagaimana anak dikatakan mengalami depresi?
Depresi pada Anak
Melansir dari laman Cleveland Clinic, depresi merupakan gangguan suasana hati yang bisa membuat seseorang merasa sedih dan putus asa. Saat anak depresi, ia terlihat murung, sedih dan tak lagi semangat.
Depresi pada anak bisa berpengaruh buruk terhadap pola tidurnya, pola makan, interaksi sosial dengan sekitar bahkan penurunan kecerdasan. Anak yang mengalami depresi juga rentan kehilangan minat, hobi maupun antusiasme pada banyak hal termasuk hal yang selama ini justru sangat disukainya.
Penelitian menemukan jika depresi pada anak bisa disebabkan oleh hal internal maupun eksternal. Hal tersebut mulai dari pola asuh orangtua, kualitas tidur yang buruk, perkembangan yang kurang maksimal, tekanan dari sekitar, pergaulan dan lain sebagainya.
Apa Gejala Depresi pada Anak?
Ada beberapa gejala yang ditunjukkan ketika anak mengalami depresi. Beberapa mungkin diawali dengan stres, tapi beberapa lagi langsung terlihat jika ia depresi. Berikut beberapa gejala depresi pada anak.
Anak lebih mudah tersinggung dan mengamuk dengan sebab tertentu atau tanpa sebab.
Anak terlihat murung, sedih dan hampa karena ia merasa dirinya tak berarti atau tak sebaik orang lain.
Nafsu makan menurun atau naik drastis. Sama seperti orang dewasa, depresi juga berpengaruh pada nafsu makan seseorang.
Anak kurang tertarik pada hobi atau apapun yang sebelumnya sangat ia sukai.
Sulitnya berkonsentrasi dan berpikir. Ini ditandi dengan penurunan prestasi di sekolah atau berkurangnya minta belajar.
Anak sulit tidur baik di siang hari ataupun malam hari.
Kesulitan berinteraksi dengan orang lain atau bahkan dengan orangtua dan pengasuhnya sendiri.
Anak jadi lebih diam, malas dan tak nyambung saat diajak berbicara atau ngobrol.
Terlihat lemas, lesu dan kurang bersemangat karena hilangnya energi akibat kurang makan, kurang istirahat dan lebih banyak menangis.
Anak cenderung mengurung diri dan menutup diri dari orang terdekat.
Mengalami keluhan fisik seperti pusing, sakit perut dan lemah.
Anak merasa pesimis, mudah menangis dan melakukan percobaan menyakiti diri sendiri bahkan bunuh diri.